A Recipe for a Happy Life

日本での幸せライフレシピ

Festival Tanabata
(七夕祭り)

Setiap musim di Jepang memiliki berbagai kegiatan festival agar masyarakat menyambut setiap musim dengan gembira. Musim yang paling banyak digelar acara festival adalah musim panas. Salah satunya adalah festival Tanabata.

Dikenal dengan “festival Bintang”, merupakan festival untuk menyambut musim panas yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jepang, dimana anak-anak maupun orang dewasa berlomba-lomba untuk menuliskan harapan dan keinginan mereka pada secarik kertas. Kertas itu kemudian digantung di cabang pohon bambu. Harapan dan keinginan itu diharapakan dapat terwujud pada musim yang akan datang.

Kertas warna warni yang bertuliskan harapan tersebut dapat anda temui di sepanjang jalan terutama di sekolah, pusat perbelanjaan, maupun di taman. Jika kebetulan anda sedang berada di Jepang tepat pada hari perayaan ini, anda dapat ikut serta. Biasanya, akan ada orang Jepang yang membagikan kertas-kertas itu secara gratis. Kemudian anda dapat menggantungnya di pohon bambu yang mereka sediakan. Dan kebiasaan ini sudah dimulai sejak zaman Edo.

Arti Kata Tanabata

Tanabata jika ditulis dalam huruf Kanji menjadi 七夕. Awalnya Kanji tersebut dibaca Shichiseki dimana Shichi (七) yang berarti tujuh dan Seki (夕) yang berarti malam. Tetapi setelah festival tersebut digabung dengan upacara Shinto, pembacaan kanji berubah menjadi Tanabata tanpa mengubah dari arti yang sebenarnya.

Waktu Perayaan Tanabata

Pada dasarnya, festival Tanabata diadakan setiap tanggal 7 Juli. Namun karena Jepang memiliki kalender tradisional sendiri, sehingga terdapat perbedaan dengan perhitungan kalender yang biasa kita pakai. Hal itu menyebabkan terjadinya jarak hingga satu bulan sehingga hari perayaannya dapat jatuh pada bulan Juli atau Agustus.

Asal Mula Tanabata

Festival ini pertama kali diperkenalkan di Jepang oleh permaisuri Kouken pada tahun 755 yang terinspirasi dari festival Qixi di China. Festival Qixi merupakan festival dimana para gadis membuat harapan untuk peningkatan kemampuan dalam keterampilan kerajinan tangan dan menjahit. Pada saat itu, festival Qixi terjadi di waktu yang hampir bersamaan dengan upacara penyucian tradisional Shinto Jepang yang juga terkait dengan menenun. Dalam acara tersebut, seorang miko Shinto akan menenun pakaian dengan alat tenun khusus. Alat tenun tersebut dikenal dengan istilah Tanabata. Kemudian pakaian itu dipersembahkan kepada dewa Shinto agar diberikan panen yang baik. Oleh karena kedua kegiatan itu terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan dengan tema yang sama, sehingga digabung menjadi sebuah festival baru.

Selain itu, festival ini dikaitkan dengan legenda Orihime dan Hikoboshi. Legenda tersebut berkisah tentang anak perempuan raja langit bernama Orihime sang penenun dan pria penggembala sapi bernama Hikoboshi yang saling jatuh cinta. Keduanya dimabuk cinta hingga mereka melupakan kewajiban mereka dalam bekerja. Melihat keduanya yang lalai akan tanggung jawab mereka, raja langit pun marah hingga akhirnya memisahkan mereka dengan menempatkan mereka di sisi sungai Ama no Gawa (galaksi bima sakti) yang berbeda.

Lalu pasangan ini diizinkan untuk bertemu satu tahun sekali, yaitu setiap tanggal 7 Juli. Namun bila pada hari perayaan tersebut turun hujan, sungai Ama no Gawa akan meluap sehingga mereka berdua tidak dapat bertemu sampai di tahun berikutnya. Oleh karena itu, munculah kebiasaan orang Jepang untuk mengharapkan cuaca yang cerah pada hari tersebut.

Pertemuan pasangan ini juga digambarkan dengan pola bintang pada kalender Lunar Jepang. Orihime dilambangkan sebagai bintang Vega, sedangkan Hikoboshi dilambangkan sebagai bintang Altair. Keduanya terhubung menjadi segitiga besar bersama dengan bintang Dereb. Pada waktu inilah kita bisa melihat galaksi bima sakti berada di antara pola bintang Segitiga Musim Panas.

GLOBAL BUSINESS NETWORK
Official Facebook Page

Site Map