A Recipe for a Happy Life

日本での幸せライフレシピ

Kimono
(着物)

Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang terdiri dari kanji “ki” (着) yang berarti memakai, dan “mono” (物) yang berarti benda atau barang. Baju ini memiliki bentuk seperti huruf T yang menyerupai jas dan memiliki kerah. Panjangnya dibuat sampai mata kaki. Wanita memakai kimono dalam bentuk terusan, sedangkan pria memakai jas. Bahan untuk membuat Kimono haruslah bahan yang ditenun dengan sempurna dan tanpa cacat sedikitpun. Kerah kanan harus di bawah kerah kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di perut/pinggang dan diikat di belakang dan alas kaki saat mengenakan kimono adalah zōri atau geta.

Kimono kini lebih sering dikenakan oleh wanita pada acara-acara khusus. Wanita yang belum menikah memakai jenis kimono yang disebut furisode. Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin shiki.

Pria mengenakan kimono di pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Saat tampil di luar arena sumo, pegulat sumo profesional diharuskan mengenakan kimono. Anak-anak memakai kimono saat menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan oleh pekerja di industri jasa dan pariwisata, pelayan di restoran tradisional (ryōtei) dan karyawan di penginapan tradisional (ryokan).

Sejarah Kimono

Awalnya, prototype kimono dibawa ke Jepang dari Cina pada zaman Kofun (300-538 AD). Pada zaman Heian (794-1185) kimono mulai bervariasi, seperti kimono berlapis untuk wanita, dan berbagai warna yang menunjukkan status pada pria (semakin gelap warnanya, semakin tinggi statusnya). Memasuki zaman Edo (1603-1868), lengan kimono mulai memanjang, dan “obi” (ikat pinggang) mulai dikembangkan. Dari sini, bentuk dasar kimono tidak berubah. Pada zaman Edo juga mulai berkembang kimono sutra “shibori” (tie-dyeing) dan “shishu” (bordir) yang dikenakan oleh saudagar kaya baru, yang dianggap sebagai ancaman bagi penduduk kelas atas, oleh karena itu pemerintah menetapkan aturan baru. Kimono sutra shibori dan shishu dilarang dikenakan oleh para pedagang, membuat munculnya yuzen” (resist dyeing), kimono dengan desain teknik pencelupan baru dengan desain yang lebih dinamis dan bisa digunakan siapa saja.

Pada masa Meiji (1868-1912), orang-orang yang bekerja di pemerintahan mulai mengenakan pakaian ala barat untuk bekerja, meskipun mereka tetap mengenakan kimono sehari-hari. Untuk wanita, mereka masih mengenakan kimono dengan aksesoris ala barat, seperti sarung tangan, sepatu bot, dan selendang. Pada Periode Taisho (1912-1926), terjadi revolusi baru, “Meisen” (jenis sutra tahan pewarna yang lebih murah dan kuat). Meisen memiliki ciri khas desain yang berani dan cerah serta memiliki fungsi yang sama dengan jeans di negara-negara barat. Namun pada Perang Dunia II, kimono dianggap tidak patriotik karena menggunakan kain yang banyak dan akhirnya disimpan atau ditukar dengan makanan. Wanita Jepang juga mulai berpakaian dengan gaya barat.

Jenis-Jenis Kimono

  • Furisode
    Furisode adalah Kimono formal untuk wanita yang belum menikah. Biasanya dikenakan pada acara-acara khusus termasuk upacara kedewasaan, upacara minum teh, dan menghadiri pernikahan.
  • Komon
    Komon adalah Kimono yang terbuat dari sutra dan memiliki pola yang menutupi seluruh kimono. Biasanya komon dikenakan untuk acara santai atau informal.
  • Tomesode
    Tomesode adalah Kimono yang paling formal dipakai oleh wanita yang sudah menikah. Ciri khasnya pada motifnya berwarna perak dan emas. Kimono ini biasanya dipakai untuk menghadiri acara pesta pernikahan.
  • Susohiki/Hikizuri
    Susohiki/Hikizuri adalah Kimono yang khusus dikenakan oleh geisha atau penari Jepang. Perbedaan dari kimono biasa adalah lebih panjang dan menyapu lantai.
  • Iromuji
    Iromuji adalah Kimono tidak bermotif dan hanya terdiri dari satu warna, yang dapat dikenakan oleh wanita yang sudah menikah maupun yang masih lajang.
  • Mofuku
    Mofuku adalah Kimono serba hitam yang dipakai untuk upacara berkabung baik oleh wanita maupun pria.

Perbedaan Kimono Wanita dan Pria

  1. Berbeda dengan kimono wanita, kimono untuk pria lebih sederhana.
  2. Berbeda dengan lengan kimono wanita yang tidak menempel di badan kimono, lengan kimono pria menempel di badan kimono.
  3. Perbedaan lainnya adalah kain dan warna yang digunakan. Kimono khas untuk pria memiliki warna gelap, seperti hitam, biru tua, hijau tua, atau coklat dengan kain matte. Namun, kimono yang lebih kasual hadir dalam warna yang sedikit lebih terang, seperti ungu muda, hijau muda, dan biru muda. Biasanya, kimono paling formal untuk pria berwarna hitam polos dengan lambang dan dipadukan dengan “haori” (mantel kimono) dan “hakama” (rok-celana panjang).
  4. Obi relatif sempit dan diikat di pinggang. Warnanya juga lembut.
  5. “Geta” dan “Zori” (jenis sandal tradisional Jepang) untuk pria lebih sederhana dan hadir dalam warna solid tanpa hiasan sama sekali.

GLOBAL BUSINESS NETWORK
Official Facebook Page

Site Map